Jika kalian ingat, beberapa waktu yang lalu saya sempat sibuk merancang sebuah pesta kecil dalam rangka ulang tahun ayah saya yang ke-60. Saya berjanji kepada beberapa kawan yang turut membantu dan sumbang pendapat, saya akan memberikan ulasannya.
Hari ulang tahun ayah jatuh tepat hari minggu yang lalu pada tanggal 11 Januari. Pada akhir pekan itu, seisi rumah saya disibukkan dan 'diobrak-abrik' oleh persiapan pernikahan sepupu saya, lengkap dengan seluruh prosesinya, yang bertempat di rumah saya pada tanggal 9 dan 10-nya. Saya mulai sangsi apakah pada hari Minggu rumah saya sudah beres dan cukup layak untuk menjamu tamu-tamu ayah saya. Terlebih lagi, ibu saya tiba-tiba jatuh sakit diserang demam misterius yang mengarah ke gejala awal typhus. Sungguh rasanya ingin membatalkan saja rencana ini. Apalagi, detil-detil rencana tersebut masih banyak yang bolong. Menu makanan dan tamu yang diundang belum juga fixed, belum memikirkan souvenir dan seating arrangement. Dekorasi. Bunga. Belanja bahan makanan. Haduh! Tapi ibu membesarkan hati saya untuk jalan terus. Pacar saya juga. Namun yang paling membesarkan hati adalah sms yang masuk ke hp saya yang berbunyi: "Hi there, just want to let you know, I'm not forgetting your dad's birthday on Sunday. Greetings from Bandung. BW." Saya sempat gamang. Apakah ini berarti beliau jadi datang? Perasaan lega menyeruak sedikit. Baru saja saya kepikiran untuk mengirim e-mail reminder tapi beliau sudah mengirim sms duluan. Mudah2an ini pertanda baik.
Minggu siang. Kami semua masih cukup lelah dari resepsi malam sebelumnya dan ayah sempat usul jadwal makan siang bersama keluarga siang itu dirubah menjadi makan malam saja. Berbagai alasan saya utarakan, karena saya tetap ingin menjadikan pesta kecil nanti malam kejutan untuk ayah. Makan siang akhirnya baru dimulai sekitar pukul 2, dan hingga 3.30 tak tampak ayah akan segera menyudahinya. Saya mulai panik, karena begitu banyak persiapan yang belum saya lakukan untuk pesta nanti malam. Untung kami memilih restoran dekat rumah. Akhirnya dengan alasan akan menjamu tamu sepupu saya dari Australia nanti malam di rumah, saya dan pacar undur diri. List to do's sore itu mencakup: ke rumah untuk mengecek sejauh mana sisa2 tenda kemarin telah dibereskan, set-up meja makan, membeli bunga dan lilin dekorasi, mengambil pesanan makanan, dan banyak lagi.
Sampai di rumah tenda belum selesai dibongkar dan kolam berenang masih tampak coklat menjijikan. Padahal, jamuan makan malam akan diadakan di teras yang menghadap ke kolam. Belum lagi meja yang akan kami pakai ternyata disimpan di gudang loteng yang sulit dicapai dan untuk mengambilnya akan memakan waktu. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya kami memutuskan mengadakan acara di dalam rumah, walaupun itu berarti bersebelahan persis dengan pelaminan Minang yang masih belum dibongkar sisa acara kemarin.
I applauded my boyfriend that day for his support and his ability to keep me in place so that I could think clear. Perlahan namun pasti, satu persatu kamipun mencoret poin dalam "to do list" kami. Meja berhasil diturunkan, karpet mulai digelar, makanan mulai terkumpul, bunga dan lililn berhasil didapatkan. Sekitar pukul 5, BW sms saya, "I'm back early from Bdg and now at home. Is it too much of I bring my wife along?". Oh wow, he's really coming!
Saya pun lalu mengkonfirmasi tamu2 yang lain, mengingatkan agar mereka tidak datang lebih dari pukul 7. Tamu pertama datang pukul 18.50. Ayah saya baru saja turun dari kamarnya setelah sempat bersungut-sungut. (Ingat, sejauh ini, sepengetahuan ayah saya adalah ia harus menjamu tamu2 sepupu saya dari Australia). Raut lelah di wajahnya langsung berganti sumringah serta agak bingung saat ia menyambut Oom Putut. Dengan masih terheran-heran ayah sempat memuji tatanan meja makan. Saya lalu pamit ke dapur untuk menyiapkan makanan.
Sesuai rencana, tamu-tamu mulai berdatangan. Saya sibuk di dapur menyiapkan hidangan, jadi tidak sempat lagi melihat ekspresi ayah. Tepat pukul 19.30 BW menelepon, "Ibu, saya sudah sampai dan ada di depan rumah". Saya menjemput beliau beserta istri ke teras depan dan mengantarnya masuk ke rumah untuk bertemu ayah.
Ayah tampak sangat terkejut, bahagia dan terheran-heran. Hahahahah aduh the moment was so priceless! Setelah saling memperkenalkan diri, saya menghidangkan snack dan minuman pembuka. Lalu sekitar pukul 19.50 saya harus 'membuka' acara dengan memberi pidato sambutan.
Got through the opening speech quite well. Kakak saya juga sumbang sepatah dua patah kata. Lalu ayah juga speech. Yang ga disangka-sangka, semua tamu juga end-up ingin kasih speech semua. Huhuhuhuhuhu menngharuuu biruuuuuu dehhhh suasananya..
Makan malam dibuka dengan soto andalan, lalu disusul dengan makanan2 lain lengkap hingga hidangan penutup. Pacar, kakak dan kakak ipar saya bergantian bertugas menjadi waiter dan witress dadakan sementara saya supervise flownya dari pantry. Hahahahhaah it was quite a chaotic.
Percakapan di meja makan malam itu terlihat lancar, terdengar dari gelegar tawa yang bersahutan. Semua tamu tampak asyik berinteraksi, oh it was such an interesting mix of crowd! Later that nite Ibu saya cerita, papaku yang biasanya tukang bercerita malam itu tampak lebih diam, terpana dan asyik mengobservasi tamu2 spesial di hadapannya berdiskusi, berdebat dan tertawa bersama.
The beautiful nite had to end eventually, saat BW dan istrinya pamit pulang duluan. Everybody exchanged contacts, sementara tim panitia mulai membagikan souvenir untuk tamu2.. Ohhh the whole night felt so surreal.
Papa memeluk saya, sekali lagi berterimakasih.. Beliau berkata, "Kamu tahu tidak nak, betul sekali yang Oom Rally bilang tadi, bahwa pencapaian seseorang itu dalam hidupnya dapat diukur dalam keberhasilannya mendidik anak-anaknya. Papa bersyukur sepertinya di area ini papa telah cukup berhasil mendidik kamu dan mas." Mata saya berkaca-kaca dan sayapun berterimakasih, atas peranannya sebagai ayah terhebat yang dapat dimiliki oleh seorang saya selama 25 tahun ini.. I am very proud to have you as my dad.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar