Senin, 04 Mei 2009

Pembunuh VS Koruptor

Aduhhh saya tahu judul posting ini serius banget. Tapi seharian ini saya di rumah bersama ayah mengikuti perkembangan penyidikan Ketua KPK Non-Aktif Antasari Azhar (untuk selanjutnya mari kita sebut saja si AA), dan menghela napas berat saat statusnya berganti dari saksi menjadi tersangka.

Saya terus terang agak kecewa, karena tadinya cukup memandang si AA sebagai salah satu dari sedikit tokoh yang cukup 'lurus' di pemerintahan kita.

Tak lama ibu saya pulang dan bergabung dengan kami yang dari tadi memantengi berita ini di depan televisi. Ibu saya pun mengungkapkan kekecewaanya atas kasus yang menimpa si AA. "Karena nila setitik, rusak deh susu sebelanga", ibu mengutip peribahasa klasik.

Saya menghiburnya,

"Sudah lah ma, ayo ingat asas praduga tak bersalah. Kan belum ada vonis tetap. Belum tentu salah kok."

"Aduhhhh tapi tetap sajaaa.. Ingat tidak interviewnya di Kick Andy waktu itu? Dia tampak simpatik, family man, punya visi yang jelas dalam pemberantasan korupsi.. Masa sekarang begini? Gara2 cewe lagi.."

Ayah saya menyambar,

"Ahhh ya sudah.. Masih untung dia gak nyolong duit. Kamu tahu gak, duit yang dicolong koruptor yang sudah-sudah itu, bikin mati lebih banyak orang. Nah ini kan dia khilaf, dia main cewek, terus dia bunuh orang yang berusaha memerasnya. Ga ngerugiin banyak orang. Itu sih urusan pribadi dia aja."

Saya ga setuju.

"Loh pah, kok papa seolah-olah bilang pembunuh itu lebih baik dari koruptor. Mereka itu sama aja dong busuknya!"

"All I'm saying anakku, saya masih lebih bersimpati sama AA daripada koruptor-koruptor keparat itu. Kan seperti kamu bilang, kita harus tetap menganggapnya tidak bersalah kan sampai ada vonis tetap dari pengadilan?"

Saya tersenyum kecut. Tetap gak setuju kalau (tersangka) pembunuh dibandingkan dengan (tersangka) koruptor. Menurut saya dua2nya tidak ada yang lebih baik. Terlepas dari adanya asas praduga tak bersalah.

Ibu saya menimpali,

"Mama tetep ga percaya dia terlibat. Pasti ini konspirasi orang-orang yang gak suka sama dia."

"Ah kamu nih suka terbawa perasaan deh. Jangan terlalu sentimentil ah. Nanti kalau dia terbukti bersalah, kamu sedih lagi seperti waktu si Aa Gym kawin lagi."

Hahahahahhaha..

Kamipun beranjak dari ruang televisi. Mulai muak dengan pemberitaan si AA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar