Atas nama penghematan karena naiknya harga BBM yang cukup signifikan (75rb untuk segaris saja!!!). Saya bosan menghujat dan memprotes seperti orang2 lain, karena yang sudah terjadi ya sudah lah, mau diapakan lagi, jadi kenapa saya tidak mencoba untuk bersikap positif.
Pertama saya mau mengucapkan terima kasih kepada Pak Presiden dan Pak Wakil serta semua bapak2 dan ibu2 di pemerintahan sana, saya yakin anda2 juga terpaksamelakukan ini dan mendapat teknan2an dari pihak tertentu, tapi saya (ingin) percaya bahwa bapak2 dan ibu2 sekalian sebagai perwakilan kami telah berusaha sebisanya untuk memperjuangkan hak-hak rakyatnya. Saya tahu ini adalah kebijakan yang tidak mudah, tapi memang harus dilakukan. Mudah2an Tuhan masih melindungi negara dan bangsa ini. Amin.
Kedua, sayapun lalu mengambil keputusan bahwa saya tidak bisa lagi enak2an ke kantor dengan diantar supir. Saya mau membiasakan diri naik busway. Sebenarnya saya sudah cukup akrab dengan kendaraan umum yang terbukti (untuk saya) cukup efektif ini. Karena tiap pulang kantor (pada jam manusiawi) saya selalu menggunakan jasanya. Tapi saya mengakui saya manja. Karena untuk berangkat ke kantor, saya masih insist untuk diantar supir (yes I don't/can't drive, damnit! hahah) dengan 1 joki dari rumah (si mbak) dengan alasan malas kalau pagi2 harus udah "ribet2 " dan sampai ke kantor dengan aga berkeringat dan setengah ngos2an.
Akhirnya tadi pagi saya menyemangatkan diri untuk mencoba. Kali ini saya coba halte Al-Azhar (waktu itu saya coba dari Blok M tapi hasilnya kurang menyenangkan karena antriannya agak parah). Antrian hampir tidak ada, and I got in the bus in no time. Harapan untuk dapat tempat duduk memang tidak terlalu besar, tapi saya tidak terlalu pusing karena kantor saya terhitung dekat. Lalu yang bikin deg2an adalah jalan dari halte ke kantor. Ini dia bagian yang bikin keringetan dan ngos2an. Saya membuat pengamatan kecil, darimana arah sinar matahari (saya tahu memang harusnya arahnya dari Timur, but I have bad orientation) sehingga saya bisa memilih halte apa saya akan turun (sebelum atau sesudah kantor) sehingga saya bisa membelakangi matahari dan tidak harus berhadapan dgn sinar matahari yang menyilaukan mata dan membuat muka keringetan.
Matahari ternyata berasal dari arah Timur (alias arah Thamrin), berarti lebih baik saya turun di halte yang terletak sesudah kantor saya (Setiabudi) sehingga saya akan jalan kembali ke arah kantor dengan membelakangi matahari. Yeayyyyy!!!! Sampai kantor sukses dengan minyak kulit muka yang minimum dan hampir tidak berkeringat (produksi keringat saya memang sedikit), dan tidak ngos2an sama sekali. I guess my body is in quite good shape. Sepanjang perjalanan tadi I can't help thinking, "Hahahahaha so middle class worker I am". But I guess this is reality. I had been lucky, and I still consider myself lucky karena masih sanggup naik busway yg tergolong decent dan ber-AC, dan tidak perlu berdesak-desakan di bus umum lain yang menurut saya, hampir tidak layak ditumpangi manusia.
Jadi terima kasih Pak Presiden, Pak Wakil, bapak2 dan ibu2 pemerintahan. Walaupun mungkin kenaikan BBM ini tidak mempunyai dampak langsung ke bapak2 dan ibu2 (yah setidaknya bapak2 dan ibu2 tidak mungkin turun derajat dan jadi naik kendaraan umum seperti saya, kan?), setidaknya dengan naik kendaraan umum saya memaksakan badan saya untuk lebih banyak bergerak dengan berjalan kaki dan turut berpatisipasi dalam melestarikan lingkungan dengan meminimalisasi polusi udara.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar